BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Upaya
kesehatan dilakukan sejak anak masih dalam kandungan sampai lima tahun pertama
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, sekaligus meningkatkan kualitas
anak agar mencapai tumbuh kembang yang optimal (DepKes RI, 2005).
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia
merupakan suatu proses yang panjang dan berkesinambungan, harus dimulai sejak dini,
yaitu sejak manusia masih dalam kandungan. Dalam mempersiapkan peningkatan
kualitas sumber daya manusia yang sehat, cerdas, terampil, produktif dan kreatif
yang akan meneruskan pembangunan bangsa harus lebih memperhatikan aspek tumbuh
kembang balita, sehingga dalam jangka panjang tercipta kesehatan bangsa Indonesia
secara nyata (DepKes RI, 2010).
Banyak
hal yang dilakukan oleh orang tua untuk meningkatkan kualitas anaknya, salah
satunya adalah dengan memberikan Pendidikan Anak Usia Dini atau yang lebih
dikenal dengan istilah PAUD, pendidikan ini sangat mementingkan pertumbuhan anak
secara normal dan sempurna. Kesempurnaan tersebut meliputi perkembangan fisik
–motorik, sosio-emosional, kognitif, dan mental- spiritual (Suyadi, 2009 : 164).
Memiliki anak yang sehat dan cerdas adalah dambaan setiap orang tua, untuk itu
orang tua harus selalu memperhatikan, mengawasi dan merawat anak secara seksama
khususnya memperhatikan tumbuh kembangnya (Anwar,2008). Meskipun proses tumbuh kembang anak berlangsung
secara alamiah, proses tersebut sangat bergantung kepada orang tua. Apalagi
masa lima tahun (masa balita) adalah periode penting dalam tumbuh kembang anak
dan merupakan masa yang akan menentukan pembentukan fisik, psikis dan
intelegensinya (Ritayani, 2008).
Pertumbuhan fisik sering dijadikan indikator untuk mengukur status
gizi baik individu maupun populasi. Oleh karena itu, orang tua perlu menaruh
perhatian pada aspek pertumbuhan anak bila ingin mengetahui keadaan gizi mereka. Masalah gizi dipengaruhi oleh banyak faktor yang
saling mempengaruhi secara kompleks. Ditingkat rumah tangga, keadaan gizi
dipengaruhi oleh kemampuan rumah tangga menyediakan pangan di dalam jumlah dan
jenis yang cukup serta pola asuh yang dipengaruhi oleh faktor pendidikan, perilaku
dan keadaan kesehatan rumah tangga. Salah satu penyebab timbulnya kurang gizi
pada anak balita adalah akibat pola asuh anak yang kurang memadai (Soekirman,
2000).
Sedangkan perkembangan anak sangat di pengaruhi oleh
perilaku ibu, lingkungan, pendidikan ibu , pola asuh yang memahami akan
kebutuhan anak.permasalahan yang sering muncul dalam pembentukan pola asuh
yaitu keadaan tanpa pengalaman yang mengakibatkan orang tua tidak tahu harus
berbuat sesuatu dalam untuk menghadapi anak.Terkadang tindakan orang tua yang
tidak konsisten atau menyalahi keinginan sebenenarnya dapat menimbulkan emosi
yang meledak sehingga memicu kejahatan pada anak. Benturan antara permasalahan
ini mengakibatkan kebingungan kesalahan pengelolaan yang menimbulkan manipulasi
pola asuh satu arah (Orang tua selalu benar) biasanya menggunakan kekerasan
verbal dan non verbal. Orang tua yang tidak ingin di bantah menggunakan
cara-cara otoriter. (Uliansyah, 2007)
Dari data bulan Januari 2012 di Desa Maguwan
Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo di peroleh data balita umur 0-5 tahun
sebanyak ...... Balita, dan 32 diantaranya tercatat sebagai peserta didik di PAUD Nurul Khasan.dalam studi pendahuluan
dengan pemeriksaan status gizi dan Denver Development Screening Test (DDST)
terhadap 10 anak di peroleh hasil :
1.
Dari pemeriksaan
status gizi pada 10 anak diperoleh hasil 3 (30%) anak memiliki status gizi
lebih/Gemuk, 6 anak (60%) anak memiliki status gizi baik/Normal, dan 1(10%)
anak memiliki status gizi kurang/kurus.
2.
Dari pemeriksaan
Denver Development Screening Test (DDST) pada 10 anak di peroleh 5 (50%) anak
normal, 4(40%) anak suspek, dan 1 (10%) anak tidak dapat diuji.
Perumbuhan dan perkembangan anak dapat terjadi
hambatan (tidak optimal) jika anak memperoleh pengasuhan dari seorang pengasuh
yang tidak tepat. keterlambatan perkembangan anak terutama pada aspek sosial
dan berbahasaterkait dengan kesibukan pengasuh. Peranan keluarga terutama ibu
dalam mengasuh anak sangat menentukan perkembangan anak. Pengasuh yang sibuk
membuat anak-anak jarang mendapat kasih sayang dan jarang diajak komunikasi dan
harus diam, akhirnya anak menjadi pendiam, terlambat kemampuan bebahasanya,
terlambat perkembangan sosial dan motoriknya (Anwar, 2008)
Anak yang
memperoleh pola asuh yang kurang baik cenderung mengalami kesulitan makan dan
berakibat pada berkurangnya tingkat konsumsibaik energi maupun protein. Apabila
keadaan ini berlangsung akan mempengaruhi staus gizi anak. Jumlah konsumsi
makan yang cukup memenuhi anjuran sesuai dengan umur anak di pengaruhi oleh
cara pemberian makanan kepada anak (Pola asuh makan) (Karyadi 1986, Irma Gilang
2007)
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang hubungan Pola Asuh dengan Status Gizi dan Perkembangan Balita (24-48
Bulan) di PAUD Nurul Khasan Desa Maguwan Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas di peroleh
rumusan masalah sebagai berikut : “Adakah hubungan Pola asuh dengan Status Gizi
balita (24-48 bulan) di PAUD Nurul Khasan Desa Maguwan Kecamatan Sambit Kabupaten
Ponorogo?”
“Adakah
hubungan Pola asuh dengan Perkembangan balita (24-48 bulan) di PAUD Nurul
Khasan Desa Maguwan Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan pola asuh dengan satus gizi dan
perkembangan balita (24-48 bulan) di PAUD Nurul Khasan Desa Maguwan Kecamatan
Sambit Kabupaten Ponorogo.
1.3.2
Tujuan
Khusus
1.
Mengidentifikasi pola asuh pada balita (24-48 bulan) di
PAUD Nurul Khasan Desa Maguwan Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo.
2.
mengidentifikasi Status Gizi pada Balita (24-48 bulan) di PAUD Nurul Khasan Desa Maguwan Kecamatan Sambit Kabupaten
Ponorogo.
3.
Mengidentifikasi perkembangan balita (24-48 bulan) di
PAUD Nurul Khasan Desa Maguwan Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo.
4.
Menganalisa Hubungan pola asuh dengan Status Gizi balita
(24-48 bulan) di PAUD Nurul
Khasan Desa Maguwan Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo.
5.
Menganalisa Hubungan pola asuh dengan Perkembangan balita
(24-48 bulan) di PAUD Nurul
Khasan Desa Maguwan Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat
Teoritis
Sebagai bahan untuk kajian teori dan keilmuan tentang
hubungan pola asuh dengan status gizi dan Perkembangan balita.
1.4.2
Manfaat
Praktis
1.
Bagi Peneliti dapat menambah pengetahuan, pengalaman serta
merupakan kesempatan untuk mempelajari lebih jauh permasalahan pola pengasuhan
sehingga dapat di terapkan dalam praktek sehari-hari.
2.
Bagi orang tua Balita dapat menambah pemahaman dan
pengetahuan tentang dampak pengasuhan anak terhadap pertumbuhan dan
perkembangan balita guna mengantisipasi keterlambatan perkembangan yang di
hadapi oleh anak balita dan mengantisipasi terjadinya status gizi kurang pada
anak balita.
3.
Bagi Institusi hasil penelitian ini dapat di gunakan
sebagai referensi ilmiah untuk penelitian berikutnya dengan masalah dan judul
yang berbeda juga bahan kepustakaan serta perbandingan terutama pada kasus
penyimpangan tumbuh kembang dan masalah gizi kurang pada balita.
4.
Bagi pendidik PAUD hasil penelitian ini dapat di gunakan
sebagai tolok ukur perkembangan peserta didiknya di PAUD Nurul Khasan Desa
Maguwan Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo sehingga Pendidik dapat memberikan
stimulasi untuk merangsang perkembangan peserta didiknya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Penelitian Terdahulu
Ritayani (2008) telah melakukan
penelitian tentang Pola asuh dan Status Gizi di Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten
Langkat dengan judul “Hubungan Pola asuh dengan Status Gizi balita di Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten
Langkat”. Untuk mengetahui hubungan pola asuh ibu
dengan status gizi anak balita di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin
Kecamatan Tanjung pura Kabupaten Langkat dilakukan penelitian deskriptif
analitik dengan desain cross-sectional. Populasi dalam penelitian
ini adalah semua ibu yang mempunyai anak balita sebanyak 1678 ibu, sampel
sebanyak 100 anak balita. Data diperoleh dengan melakukan wawancara langsung
menggunakan kuisioner pada responden, yaitu ibu yang mempunyai anak balita.
Hasil penelitian diperoleh dengan praktek pemberian makan yang baik 18,1% yang status gizi gemuk,
81,9% yang status gizi normal dan tidak terdapat yang kurus. Sedangkan praktek
pemberian makan yang tidak baik 100% yang kurus dan tidak terdapat yang gemuk
dan normal. Hal ini berarti, praktek pemberian makan yang baik sangat mendukung
tercapainya status gizi anak yang baik. Dan sebaliknya jika praktek pemberian
makan pada anak tidak baik dapat menyebabkan status gizi anak tidak baik pula.
Ditahun 2012 , Niken melakukan
penelitian tentang pola asuh dengan perkembangan balita di Desa Selur Kecamatan
Ngrayun Kabupaten Ponorogo dengan Judul “Hubungan Pola asuh dengan perkembangan
Balita usia 24-36 bulan di Desa Selur Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo”
Untuk mengetahui hubungan Pola asuh dengan Perkembangan Balita 24-36 bulan di
Desa Selur Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo dilakukan penelitian dengan analitik
korelation dengan rancangan cross sectional. Jumlah sampel 54 orang dengan
total populasi.Data diperoleh dari dari lembar Denver II untuk perkembangan dan
kuesioner untuk pola asuh.
Ada kah daftar pustaka nya?bisa di tampilkan ga?trimakasih
BalasHapus