This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

SHARE YOUR STORY

SILAHKAN DATANG LAGI ..

Sabtu, 10 Oktober 2015

NOSTALGIA I


Maaf aku tidak ingat pasti pertama kali kita bertemu. :(
Yang pasti sebelum kencan pertama kita hari itu kita sudah bertemu. Tepat hari itu kisah ini dimulai.
Sore itu bersama senja - pertama kali kita bertemu. Kamu duduk dua meter dariku. Berbicara banyak hal dengan teman temanmu. Berkali kali mengecek ponsel. Dan sekali saja mata kita bertemu untuk beberapa detik.
Hari itu semua berjalan begitu saja. Tidak ada yang pernah menyangka bahwa suatu saat (Sekarang) kamu adalah laki laki yang selalu kuminta kepada- Nya dalam doaku.
Hari itu kamu hanya memandangku seperti orang asing sebelum memelukku sesering sekarang.
Hari itu bahkan kita tak sempat saling berjabat tangan sebelum kamu menggenggam jemariku sekuat sekarang.
Bahkan hari itu, tidak pernah terpikir dalam benak kita akan ada hari dimana kita bersama melewati malam panjang bersama.  Berbagi selimut.
Aku tersenyum saat menulis ini.
Aku rindu sekali hari itu. Jika aku tau bahwa kamu akan mencuri tempat sepenting ini dihatiku harusnya aku memandangmu lebih lama hari itu. Harusnya aku mengumpulkan nyali untuk menyapamu lebih dulu. 

BAHAGIA ITU SEDERHANA

Hari ini, aku menggenggam dua tangan hangat diantara banyak orang. Aku menggandeng mereka dengan bahagia. Sahabat, dan dia. Laki laki yanag membuatku bertahan menjadi yang kedua. Laki laki yang selalu membuat ku merasa kesepian jika semenit saja tak kulihat wajahnya lekat lekat. Laki laki yang membuatku merasa mati rasa akan luka. Karena dulu dan nanti masihlah sama.. rasa ini untuk orang yg sama dan dengan cinta yang sama.
Bahagia sekali, melihatnya menyempatkan untuk berjalan jalan bersamaku disela sela kesibukannya. Bahagia sekali bisa melihat tawanya tergerai polos dihadapanku.
Bahagia sekali, bisa menggelayut manja dipundaknya. Bahagia sekali, untuk segelintir waktu yang kita habiskan bersama hari ini.
Kalau saja Ia tahu, bahwa hari ini adalah hari paling membahagiakan dari hari hari bahagia kita selama ini..
Bukan waktu yang panjang.. Bukan pelukan yang tak lepas sepanjang hari.. Bukan ciuman yang tak henti ia kecupkan sepanjang hari..
Hanya sedikit waktu bersama.. benar benar bersama.. bergandeng tangan.. tertawa bersama.. lalu satu buah kecupan saja, cukup. Sesederhana itu. Karena bersamamu adalah kesederhanaan yang menyempurnakan.

TIDAK ADA

Pagi saat fajar mengintip dibalik tumpukan daun. Merubah gelap semalam, membekaskan rindu yang masih tersimpan bersama sang malam.
Aku masih di tempat ini, tempat yang sama saat kau tinggalkan ku pergi dengannya.
Menanti rasa yang sama seperti sebelum kamu melepaskanku. Bersama gugurnya daun ini aku masih menanti untuk cinta yang pernah kumiliki.
Mungkin seperti fajar yang merubah malam.
Begitu kesendirian ini merubah rasa.
Mungkin, tak akan pernah ada lagi kata manis terucap darimu.
Mungkin, tak ada lagi keinginanmu untuk bersamaku.
Mungkin, kita sudah kehabisan waktu untuk bersama.
Mungkin, seperti fajar yang tanpa bintang maka malam pun sebaiknya tanpa matahari.
Mungkin, seperti buku yang tertutup ribuan hari akan ada debu disana. Masalahnya sudah seberapa lama buku itu dibiarkan sendiri disana tanpa pemilik.
Mungkin, tak ada lagi keberanian untukmu mengatakan bahwa semua ini benar.
Mungkin, perasaan bisa berubah.
Tak ada kesendirian yang tak mampu menghapus rasa.
Tak ada kesendirian yang tak membiasakan.
Tak ada terbiasa sebelum semua biasa terjadi.

DULU

Mari kita ingat ingat lagi, dikala itu. Pertemuan pertama kita tahun lalu. Ada segurat senyuman diwajahnya yang mencuri perhatianku.
Dulu kita sama sama tak perduli, Dulu kita hanya tau asalkan masih bersama, biarlah menjadi orang ketiga.
Dulu kita melewati setiap jengkal kebahagian bersama
Dulu tidak ada pertengkaran
Dulu yang kuingat Dia selalu memandangku lembut sebelum terlelap tidur.  Dia selalu terjaga saat aku terbangun dan Dia laki laki pertama yang kupandang saat aku bangun.
Dulu, hujan pun pernah membasahi kita bersama.  Tetesan hujan dengan komposisi yg sama. Dingin yang sama. Karna ditemani tawa itu yang membuat hujan hari itu berbeda. 
Masihkah ingat tertawa bersamaku? Melewati hujan yang makin deras dengan kencangnya. Menggigil bersama. 
Dulu, yg kutakutkan hanyalah melihatnya sakit. Tapi sekarang. Aku mulai takut tentang perasaanku.
Takut jika selamanya menjadi yg ketiga.
Takut jika kebahagianku sebenarnya tak akan pernah ku temui disini. Takut, membayangkan pertengkaran kita setiap hari.
Takut membayangkan bahwa sekarang bukan aku yang dia pandang sebelum tidur. Bukan diriku yang dia jaga saat malam tiba. Bukan diriku yang mencium lembut pipinya dipagi hari. 
Dan sekarang aku takut jika harus lenyap perlahan dari hatinya. Karena nyatanya Dia tak lagi melewati hujan deras bersamaku. Dia mempunyai cerita baru melewati badai yang lebih besar,  dan sayangnya bukan denganku

Mati Rasa

Beberapa hari ini aku sudah kecapekan memikirkan hal hal pelik yang melanda hatiku. Perasaan-perasaan yang mengacau. Rindu yang terus mendera kian menyiksa.
Beranikah aku memunafikkan rasa ketika benci hinggap dihati.
Pagi ini, Ia datang kepadaku setelah menghilang tanpa kabar. Aku tahu dia memiliki banyak alasan untuk menghilang, makanya aku tak banyak bertanya. Dan dia datang kembali dengan senyuman tanpa dosa itu.
Dia tahu pasti bahwa aku tidak akan bisa meninggalkannya. Tapi dia tak seharusnya memperlakukanku seperti ini. Dia pergi, lalu kembali. Nanti ia pasti pergi kembali, lalu datang lagi.
Aku menghela nafas. Cukup sampai disini sepertinya.
Dia meninggalkan ku dalam banyak waktu. Terlalu sering terjadi. Aku cukup memiliki banyak waktu untuk sendiri dan karena kesendirian itu banyak hal yang memaksa masuk dalam otakku.
Entah apa yg otak dan hati ini lakukan. Mereka tidak bekerja sama, mereka menentang satu sama lain.
Hatiku sakit ketika logika memaksaku mengatakan perpisahan ini. Mungkinkah ini yg terbaik? Bisakah aku tetap bersamanya tanpa rasa sakit. Jika diperbolehkan aku lebih memilih mati rasa tinggal bersamanya. Daripada memiliki perasaan sedalam ini.

Orang Ketiga

Dia sedang berjalan kearahku dengan seorang wanita yg sedang hamil besar. Dari jauh kami sudah saling berpandangan lalu saling berpaling satu sama lain. Dia adalah orang yang dulu tau luar dalam dari diriku, tahu banyak rahasia dariku. Tapi sekarang, baru saja beberapa detik yang lalu ia menggandeng wanitanya berjalan melewatiku seolah tidak pernah mengenalku sedikitpun. Aku seperti orang asing yg merasa mengenalnya.
Aku mengangkat wajah dalam lalu merenungkan dalam setiap langkahku siang itu. Semalam aku masih tidur satu ranjang dengannya. Dan siang ini kami bertemu dan berpura pura sama sekali tidak mengenal hanya untuk menjaga perasaan wanitanya. 
Aku tidak menuntut apapun, tapi setidaknya tolong Jagalah hatiku seperti kamu menjaga hatinya didepanku. 
Hal itu melukaiku.