Sabtu, 10 Oktober 2015

Mati Rasa

Beberapa hari ini aku sudah kecapekan memikirkan hal hal pelik yang melanda hatiku. Perasaan-perasaan yang mengacau. Rindu yang terus mendera kian menyiksa.
Beranikah aku memunafikkan rasa ketika benci hinggap dihati.
Pagi ini, Ia datang kepadaku setelah menghilang tanpa kabar. Aku tahu dia memiliki banyak alasan untuk menghilang, makanya aku tak banyak bertanya. Dan dia datang kembali dengan senyuman tanpa dosa itu.
Dia tahu pasti bahwa aku tidak akan bisa meninggalkannya. Tapi dia tak seharusnya memperlakukanku seperti ini. Dia pergi, lalu kembali. Nanti ia pasti pergi kembali, lalu datang lagi.
Aku menghela nafas. Cukup sampai disini sepertinya.
Dia meninggalkan ku dalam banyak waktu. Terlalu sering terjadi. Aku cukup memiliki banyak waktu untuk sendiri dan karena kesendirian itu banyak hal yang memaksa masuk dalam otakku.
Entah apa yg otak dan hati ini lakukan. Mereka tidak bekerja sama, mereka menentang satu sama lain.
Hatiku sakit ketika logika memaksaku mengatakan perpisahan ini. Mungkinkah ini yg terbaik? Bisakah aku tetap bersamanya tanpa rasa sakit. Jika diperbolehkan aku lebih memilih mati rasa tinggal bersamanya. Daripada memiliki perasaan sedalam ini.

0 komentar :

Posting Komentar