This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

SHARE YOUR STORY

SILAHKAN DATANG LAGI ..

Selasa, 01 Desember 2015

Sebuah cerita

Saya hanya wanita biasa, 21 tahun. Seorang bidan. Saya berjilbab tetapi maaih belum sempurna. Saya bukan kategori seorang muslimah yang sholehah. Saya hanya seorang wanita biasa yang terjebak didalam sebuah hubungan yang bukan milik saya seorang.
Apa yang bisa saya tulis,
Apa yang mampu saya ceritakan sekarang,
Apa yang saya rasakan bahkan tak sanggup tertulis dalam sebuah sajak..
Sedih,
Marah,
Kecewa,
Takut,
Segalanya bercampur menjadi satu seperti terus menghantui malamku,
Mengapa mereka selalu mengganggu mimpi indahku, menciptakan bunga tidur tidak menyenangkan.
Apa yang bisa saya lakukan sekarang, Saya hanya seorang wanita biasa - memiliki sebongkah hati yang rapuh. Bukan, Bukan karena tawa ini berarti wanita yang kuat.
Saya hanya wanita biasa yang terluka parah saat ini, senyuman ini hanyalah tipuan bagi setiap mata yang memandang.
Jika Anda dapati saya menangis, disana hati saya benar benar hancur. tidak sekedar terluka.
Jika anda menatap wajah saya sayu, disana masalah terasa berat dipundak saya.

Sejak awal saya sadar, saya lah penyebab masalah ini. saya yang membuatnya semakin runyam. Tetapi api tidak akan berkobar makin besar jika tak ada angin yang meniup.Saya tidak menyalahkan siapapun disini, kembali kepada saya. Saya lah penyebab masalah ini.
Sejak awal saya tahu, Laki-laki itu telah memiliki rencana indah bersama kekasihnya. Mereka memiliki mimpi indah bersanding di pelaminan.
Tapi bagaimama jika waktu mempertemukan saya dan Mas Bram (Samaran). Bagaimana jika waktu ternyata membuat kami sering bertemu, Membuat kami saling membutuhkan satu sama lain.
Bagaimana jika Cinta datang ditempat yang tidak tepat.
Bagaimana jika kami saling mencintai.
Salahkah perasaan ini, bahwa sebenarnya dirinya telah bersama orang lain.
Dan bukan saya rencana dalam masa depannya.

Jauh hari sebelum hari bahagianya.. Ia mengikat rasa makin erat.
Bagaimana perasaasb ini bisa muncul.
Entah sejak kapan cinta itu tumbuh.
Dia telah memberi warna baru dalam kehidupan saya, Ia telah melukis panorama baru yang begitu indah.
Dia lukis jalan yang membentang indah.
saya terlena, terjatuh makin dalam padanya.
Saya lupa posisi saya saat itu.
Saya.. entah apa yang saya pikirkan saat itu.
Semakin lama perasaan itu tumbuh dengan manis. Ia pupuk rasa itu semakin indah lalu saya tersenyum ketika sadar tiba hari dimana bahagianya menghampiri.
Saya bergetar. Mendengar petir yang sebenarnya sudah saya duga kapan datangnya.
Saya tahu hari ini pasti tiba, aya paham dia tak akan meninggalkan kekasihnya hanya untuk wanita sepertiku. Wanita biasa amat biasa,dengan segala kekurangan dan wanita cerewet ini.
Saya tahu Ia tak akan dengan memudah membalik hatinya kepada saya meski cinta telah mencuri sebagian hatinya.
Lalu bagaimana sekarang. Bagaimana setelah Ia menjadi suami dari wanita lain.
Hatiku benar benar hancur.. bagaimana bisa kulukiskan. Cinta yang belum sempat terpaut. Belum selesai kami ceritakan. Tiba tiba terhenti oleh hari bahagia itu.
Sebelum Ia menghilang hari itu, telah Ia janjikan kepada saya bahwa ia akan segera kembali dalam waktu dekat tidak lebih satu minggu setelah pernikahannya.
Saya meringis perih. Perih sekali. Tapi ada sebuah keyakinan dalam hati saya hari itu.. bahwa hari yang Ia janjikankepada saya benar benar pasti terjadi.

bagaimana saya bisa mengartikan perasaan ini.
Saya biarkan ia berlalu pergi, dengan sebongkah senyum yang entah mengapa begitu melukaihati.
Saya suka melihatnya tersenyum seperti itu, tapi ada perasaan tidak jelas yang terus mengukir kesedihan.
Saya melepas genggamannya, meski sudah ku tahan apa dayaku. Ia memang ingin pergi.
 ..
Hari dimana menjadi hari paling berat bagi saya adalah hari pernikahan itu.
Semalam sebelum hari itu saya terjaga, air mata menetes lalu jendela kamar saya seperti terlukis memory kami selama hampir satu tahun terakhir ini.
Sejak hari pernikahan  itu saya tidak bisa membohongi siapapun, saya benar benar menantinya kembali.
Hari yang saya lalui berlalu tiap jamnya, menyisakan airmata yang terus mengalir.
Saya tidak membiarkan diri saya merenunginya sendiri, saya menyibukkan diri untuk terus mengalihkan ilusi menyakitkan ini.
Apa yang saya tangisi,
Apa yang saya renungkan sekarang,
Ia tak lagi milik saya, Ah bukan -- sejak dulu saya memang tidak pernah memilikinya. Dia milik orang lain.

Sedih sudahlah pasti,
Kecewa entah apa namanya, tak ada yang ingin saya salahkan karena kesalahan saya sendiri yang mencintainya terlampau jauh.
Bahagia, bisa jadi saya senang melihatnya tersenyum - tapi saya tak pernah bahagia tahu bahwa alasan senyum itu adalah wanita lain.
Takut, tentu - saya takut semua tak akan kembali, setiap yang datang akan pergi, tapi saya menakuti apa yang pergi sekarang tak mungkin kembali lagi.

Beberapa hari setelah hari yang dia janjikan kepada saya telah berlalu, saya hanya bisa  menghela nafas pelan. Berpikir ulang mengapa saya begitu mempercayai seseorang sedalam ini.

Sabtu, 10 Oktober 2015

NOSTALGIA I


Maaf aku tidak ingat pasti pertama kali kita bertemu. :(
Yang pasti sebelum kencan pertama kita hari itu kita sudah bertemu. Tepat hari itu kisah ini dimulai.
Sore itu bersama senja - pertama kali kita bertemu. Kamu duduk dua meter dariku. Berbicara banyak hal dengan teman temanmu. Berkali kali mengecek ponsel. Dan sekali saja mata kita bertemu untuk beberapa detik.
Hari itu semua berjalan begitu saja. Tidak ada yang pernah menyangka bahwa suatu saat (Sekarang) kamu adalah laki laki yang selalu kuminta kepada- Nya dalam doaku.
Hari itu kamu hanya memandangku seperti orang asing sebelum memelukku sesering sekarang.
Hari itu bahkan kita tak sempat saling berjabat tangan sebelum kamu menggenggam jemariku sekuat sekarang.
Bahkan hari itu, tidak pernah terpikir dalam benak kita akan ada hari dimana kita bersama melewati malam panjang bersama.  Berbagi selimut.
Aku tersenyum saat menulis ini.
Aku rindu sekali hari itu. Jika aku tau bahwa kamu akan mencuri tempat sepenting ini dihatiku harusnya aku memandangmu lebih lama hari itu. Harusnya aku mengumpulkan nyali untuk menyapamu lebih dulu. 

BAHAGIA ITU SEDERHANA

Hari ini, aku menggenggam dua tangan hangat diantara banyak orang. Aku menggandeng mereka dengan bahagia. Sahabat, dan dia. Laki laki yanag membuatku bertahan menjadi yang kedua. Laki laki yang selalu membuat ku merasa kesepian jika semenit saja tak kulihat wajahnya lekat lekat. Laki laki yang membuatku merasa mati rasa akan luka. Karena dulu dan nanti masihlah sama.. rasa ini untuk orang yg sama dan dengan cinta yang sama.
Bahagia sekali, melihatnya menyempatkan untuk berjalan jalan bersamaku disela sela kesibukannya. Bahagia sekali bisa melihat tawanya tergerai polos dihadapanku.
Bahagia sekali, bisa menggelayut manja dipundaknya. Bahagia sekali, untuk segelintir waktu yang kita habiskan bersama hari ini.
Kalau saja Ia tahu, bahwa hari ini adalah hari paling membahagiakan dari hari hari bahagia kita selama ini..
Bukan waktu yang panjang.. Bukan pelukan yang tak lepas sepanjang hari.. Bukan ciuman yang tak henti ia kecupkan sepanjang hari..
Hanya sedikit waktu bersama.. benar benar bersama.. bergandeng tangan.. tertawa bersama.. lalu satu buah kecupan saja, cukup. Sesederhana itu. Karena bersamamu adalah kesederhanaan yang menyempurnakan.

TIDAK ADA

Pagi saat fajar mengintip dibalik tumpukan daun. Merubah gelap semalam, membekaskan rindu yang masih tersimpan bersama sang malam.
Aku masih di tempat ini, tempat yang sama saat kau tinggalkan ku pergi dengannya.
Menanti rasa yang sama seperti sebelum kamu melepaskanku. Bersama gugurnya daun ini aku masih menanti untuk cinta yang pernah kumiliki.
Mungkin seperti fajar yang merubah malam.
Begitu kesendirian ini merubah rasa.
Mungkin, tak akan pernah ada lagi kata manis terucap darimu.
Mungkin, tak ada lagi keinginanmu untuk bersamaku.
Mungkin, kita sudah kehabisan waktu untuk bersama.
Mungkin, seperti fajar yang tanpa bintang maka malam pun sebaiknya tanpa matahari.
Mungkin, seperti buku yang tertutup ribuan hari akan ada debu disana. Masalahnya sudah seberapa lama buku itu dibiarkan sendiri disana tanpa pemilik.
Mungkin, tak ada lagi keberanian untukmu mengatakan bahwa semua ini benar.
Mungkin, perasaan bisa berubah.
Tak ada kesendirian yang tak mampu menghapus rasa.
Tak ada kesendirian yang tak membiasakan.
Tak ada terbiasa sebelum semua biasa terjadi.

DULU

Mari kita ingat ingat lagi, dikala itu. Pertemuan pertama kita tahun lalu. Ada segurat senyuman diwajahnya yang mencuri perhatianku.
Dulu kita sama sama tak perduli, Dulu kita hanya tau asalkan masih bersama, biarlah menjadi orang ketiga.
Dulu kita melewati setiap jengkal kebahagian bersama
Dulu tidak ada pertengkaran
Dulu yang kuingat Dia selalu memandangku lembut sebelum terlelap tidur.  Dia selalu terjaga saat aku terbangun dan Dia laki laki pertama yang kupandang saat aku bangun.
Dulu, hujan pun pernah membasahi kita bersama.  Tetesan hujan dengan komposisi yg sama. Dingin yang sama. Karna ditemani tawa itu yang membuat hujan hari itu berbeda. 
Masihkah ingat tertawa bersamaku? Melewati hujan yang makin deras dengan kencangnya. Menggigil bersama. 
Dulu, yg kutakutkan hanyalah melihatnya sakit. Tapi sekarang. Aku mulai takut tentang perasaanku.
Takut jika selamanya menjadi yg ketiga.
Takut jika kebahagianku sebenarnya tak akan pernah ku temui disini. Takut, membayangkan pertengkaran kita setiap hari.
Takut membayangkan bahwa sekarang bukan aku yang dia pandang sebelum tidur. Bukan diriku yang dia jaga saat malam tiba. Bukan diriku yang mencium lembut pipinya dipagi hari. 
Dan sekarang aku takut jika harus lenyap perlahan dari hatinya. Karena nyatanya Dia tak lagi melewati hujan deras bersamaku. Dia mempunyai cerita baru melewati badai yang lebih besar,  dan sayangnya bukan denganku

Mati Rasa

Beberapa hari ini aku sudah kecapekan memikirkan hal hal pelik yang melanda hatiku. Perasaan-perasaan yang mengacau. Rindu yang terus mendera kian menyiksa.
Beranikah aku memunafikkan rasa ketika benci hinggap dihati.
Pagi ini, Ia datang kepadaku setelah menghilang tanpa kabar. Aku tahu dia memiliki banyak alasan untuk menghilang, makanya aku tak banyak bertanya. Dan dia datang kembali dengan senyuman tanpa dosa itu.
Dia tahu pasti bahwa aku tidak akan bisa meninggalkannya. Tapi dia tak seharusnya memperlakukanku seperti ini. Dia pergi, lalu kembali. Nanti ia pasti pergi kembali, lalu datang lagi.
Aku menghela nafas. Cukup sampai disini sepertinya.
Dia meninggalkan ku dalam banyak waktu. Terlalu sering terjadi. Aku cukup memiliki banyak waktu untuk sendiri dan karena kesendirian itu banyak hal yang memaksa masuk dalam otakku.
Entah apa yg otak dan hati ini lakukan. Mereka tidak bekerja sama, mereka menentang satu sama lain.
Hatiku sakit ketika logika memaksaku mengatakan perpisahan ini. Mungkinkah ini yg terbaik? Bisakah aku tetap bersamanya tanpa rasa sakit. Jika diperbolehkan aku lebih memilih mati rasa tinggal bersamanya. Daripada memiliki perasaan sedalam ini.

Orang Ketiga

Dia sedang berjalan kearahku dengan seorang wanita yg sedang hamil besar. Dari jauh kami sudah saling berpandangan lalu saling berpaling satu sama lain. Dia adalah orang yang dulu tau luar dalam dari diriku, tahu banyak rahasia dariku. Tapi sekarang, baru saja beberapa detik yang lalu ia menggandeng wanitanya berjalan melewatiku seolah tidak pernah mengenalku sedikitpun. Aku seperti orang asing yg merasa mengenalnya.
Aku mengangkat wajah dalam lalu merenungkan dalam setiap langkahku siang itu. Semalam aku masih tidur satu ranjang dengannya. Dan siang ini kami bertemu dan berpura pura sama sekali tidak mengenal hanya untuk menjaga perasaan wanitanya. 
Aku tidak menuntut apapun, tapi setidaknya tolong Jagalah hatiku seperti kamu menjaga hatinya didepanku. 
Hal itu melukaiku.

Jumat, 01 Mei 2015

RAIN

Ketika matahari mulai terbit aku lekas membuka mataku.. aku enggan untuk tidur lagi.. aku tak sabar menanti jarum jam menusuk angka 7. Pertemuan yg ku tunggu, hari demi hari ku tangisi dirinya dan hari ini akan ku torehkan seutas senyum paling lebar yang kumiliki untuknya. Jangan ada kesedihan.. jangan ada pertengkaran.. jangan ada air mata.. Tawa yg tak pernah lepas dari kami.. hari yg tak akan terlupakan.. romansa manis yg akan selalu terkenang ..ingin ku buat dihari ini. Sampai ketika kilat menerangi kamar kami beberapa detik.. lalu perasaan ku mengacau. Dia bahkan tak melirikku.. dia memikirkan orang lain.. dia menggantungkan hatinya kepada orang lain. Sekali lagi aku merasa tersisih.. aku masih mencoba terus menelan PIE coklat ku terus kupenuhi mulutku berharap tak akan ada suara yang keluar dari mulutku. Air mata yg kuharap tidak jatuh.. kesedihan yg kuharap tidak mampir.. sekarang berkumpul bak sedang rapat di depan ku.. Hujan deras sapu air mata ini. Percayalah ketika hujan ini masih mengalir masih ada segunduk awan kesedihan yg menyelimuti hati ini. Lalu jika kamu tak lagi bersamaku ingatlah hujan ini saksinya.. Aku mencintaimu mas bram♥ amat sangat

Kekasih gelap :)

Kalau boleh milih aku lebih milih tidak mengenal mu jika akhirnya harus ada perasaan semacam ini.. Kalau seandainya ada pilihan aku akan lebih memilih tidak berada diantara kalian daripada harus tersisih perlahan.. Seandainya ada waktu untuk ku menentukan pintaku.. aku ingin kamu mencintai diriku didepan ku.. bukan mencintaiku dari belakang.. di belakang semua mata. Aku mengerti aku bukan orang yg kau pilih. Aku paham bukan diriku yg mengisi ruang dihati itu. Aku teramat faham.. cinta itu hanya miliknya dan hanya untuknya.. Yang aku sakitkan .. kenapa kau terus berpura pura mencintaiku.. menahanku untuk tidak pergi namun pada akhirnya membuatku sadar aku bukan siapa siapa. Membuatku sadar bahwa aku tak lebih berharga dari seberkas cahaya dimatanya. Siapa diriku? Aku hanya figuran. Aku orang ketiga. Aku hanya wanita yang tersesat dalam hubungan kalian.. Yg terus saja mencari celah diantara kalian.. Dan Kamu... Kamu adalah lelaki yg mampu mencekat nafasku dengan dekapan hangat. Kamu adalah lelaki yg menunjukkan indahnya pelangi meskipun dalam badai. Kamu juga yg tidak pernah berhenti membuatku memikirkan semua tentangmu. Kamu adalah lelaki yg selalu saja membuat ku bertanya.. Benarkah ada cinta untukku? Berartikah aku untukmu? Apakah karena dia atau hal lain alasanmu meninggalkanku? Hari ini mendadak tangisku memenuhi sepetak kamar tidurku.. Aku tidak mengerti apa yg sedang terjadi padaku.. SUNGGUH aku mencintaimu namun kau mencintaiku dengan teramat sakit sayang. Dear Baru Pria Sukaca